Saya kemarin pernah ikut lomba stand up comedy, kalo gak salah tahun 2018. Jadi, stand up comedy ini diadain sama salah satu perguruan tinggi yang ada di Banjarmasin dan bertempat di Duta Mall lantai 1. Ini merupakan lomba stand up comedy pertama saya di tingkat umum. Sebelumnya sudah pernah juga ikut lomba, tapi masih tingkat SMA dan Alhamdulillah lumayan memuaskan dan tidak terlalu buruk.
Tapi beda lagi cerita lomba stand up di tingkat umum yang pertama kali saya ikutin ini, saya merasa ada sesuatu hal yang aneh dalam acara. Jadi, waktu lomba ini lumayan banyak peserta yang daftar hampir puluhan kalo gak salah. Selesai pendaftaran itu di adain TM, berhubung saya mahasiswa baru yang masih rajin-rajinnya ngampus. Saya gak bisa hadir TM, karena ada perkuliahan waktu itu.
Selesai perkuliahan saya cek di grub lomba itu untuk tau saya ini tampil nomor urut berapa. Ternyata saya tampil pertama dilomba itu, saya gak kaget karena sebelumnya juga sudah dikasih tau sama panitia kalau tidak hadir TM harus menerima segala apa yang telah di bahas waktu TM.
Sampai pada hari H, saya datang sama temen saya SMA, kebetulan dia juga kuliah di Banjarmasin. Saya datang berdua bukannya apa-apa, tapi saya masih minder karena namanya anak SMA di kampung masuk Mall ya agak ngerasa gak pede aja gitu. Jadi saya ditemenin sama temen saya ke Mall nya.
Setelah menunggu peserta lain datang, tibalah waktu saya tampil. Lumayan gugup sih, karena memang beda suasana yang nonton di sekolahan sama di tempat umum. Di sekolahan yang nonton temen-temen, sekalipun kita gak lucu mereka tetap ketawa, ketawa gak ikhlas tapinya wkwk. Kalo di umum ini belum tau gimana rasanya karena pertama, jadinya gugup aja gitu.
Waktu saya tampil sebetulnya materi yang saya sampaikan itu sudah pas, Cuma ngacak aja susunannya. Harusnya dari materi A lanjut ke materi B, tapi karena faktor gugup jadinya ngacak dari materi A malah Ke materi C terus di lanjutin ke materi B. Jadinya beberapa pesan yang ada di materi itu gak kena lucunya ke penonton. Belum lagi di tengah tampil sempat nge-blank jadi lirik kanan kiri gak jelas gitu.
Setelah tampil itu pikiran sudah lumayan tenang meskipun yang di tampilkan sedikit kurang maksimal. Setelah selesai tampil, saya tinggal nunggu peserta lain tampil aja lagi. Namun ada beberapa hal yang menurut saya itu aneh dan saya rasa kurang sesuai dengan apa yang di lombakan dan mungkin menjadi penyebab komika Banjarmasin belum ada yang tembus nasional, kalo daftar di kompetisi stand up nasional memang ada, tapi ya akhirnya gagal. Menurut saya ada beberapa permasalahan stand up Banjarmasin.
Pertama, Juri dan peserta satu komunitas stand up. Saya gak tau apakah pihak penyelenggara mengetahui atau tidak tentang ini. Tapi menurut saya, kalau seperti ini kemungkinan-kemungkinan rasa pertemanan di komunitas itu bisa saja membuat keberpihakan, terlepas dia memang lucu komedinya.
Saya ambil contoh, Ada 2 tim bola, sebut saja tim mawar dan melati. Tim mawar dan melati ini sedang memperebutkan sebuah piala. Wasit lapangan di ambil dari pemain tim mawar. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah itu adil bagi kedua tim. Saya rasa tidak perlu saya jawab, saya yakin jawabannya hampir sama saja kita semuanya, karena sampai sini pun sudah terlihat kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Kedua, kompetisi stand up yang tidak berteknik, hanya bermodalkan lucu bisa jadi juara, tidak wajib paham teknik stand up yang penting lucu. Ini merupakan permasalahan yang ada dalam perkembangan stand up Banjarmasin. Ini juga menjadi salah satu penghambat perkembangan stand up Banjarmasin.
Sepengetahuan saya dalam kompetisi stand up di Indonesia, teknik stand up itu menjadi salah satu hal yang wajib dikuasai sebelum stand up comedy apalagi dalam kompetisi. Masalahnya Stand up di Banjarmasin yang penting lucu masalah teknik menjadi nomor kesekian dalam penilaian.
Ketiga, tidak memisah antara stand up dan Mahalabiu, mahalabiu merupakan sebuah lawak tunggal yang hamper sama dengan stand up comedy, bedanya mahalabiu dominan menggunakan bahasa banjar. Di kompetisi stand up Banjarmasin, mahalabiu ini bisa digunakan, kalo acara hiburan biasa saja ya tidak apa-apa karena tidak ada persaingan. Masalahnya adalah hal tersebut digunakan dan di halalkan di kompetisi stand up Banjarmasin.
Logikanya seperti ini Kita ikut lomba masak nasi goring, kita sudah buat nasi goreng dengan peserta yang lain, tapi pas diumumkan pemenangnya yang menang yang masak nasi kuning. Jadi kalo gitu kan gak adil, mungkin bahannya sama-sama nasi, tujuannya juga sama untuk orang makan Tapi kan kompetisinya bukan masak nasi kuning tapi masak nasi goreng. Sekalipun enak tetap gak bisa juara dong yang masak nasi kuning.
Nah mungkin inilah beberapa masalah yang mungkin menjadi penghambat perkembangan stand up di Banjarmasin yang seperti hanya jalan di tempat. Harapannya mudah-mudahan kedepannya bisa lebih professional demi perkembangan stand up di Banjarmasin.
Kalo ada salah kata ataupun merasa kurang sepakat dengan apa yang saya tulis, silahkan hubungi kontak saya pada kolom About di atas blog saya ini.
Terima kasih sudah membaca sedikit cerita saya…
Minta maaf minta halal minta ridho, kritik dan saran dipersilahkan…
Comments
Post a Comment